Upacara turun mandi merupakan salah satu tradisi dari Minangkabau yang sudah dilakukan secara turun temurun sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah atas kelahiran bayi. Tradisi ini juga merupakan pertanda lahirnya keturunan dari sebuah suku atau keluarga.
Untuk menjalankan tradisi ini ada banyak persiapan yang harus dilakukan. Hal pertama yang harus dipersiapkan dalam menjalankan tradisi turun mandi adalah menentukan waktu pelaksanaan upacara. Di mana ada ketentuan tersendiri terkait tanggal pelaksanaannya.
Bagi bayi yang baru lahir, tradisi ini biasanya dilaksanakan pada hari ganjil sesudah kelahiran. Sedangkan pada bayi perempuan pelaksanaannya di hari genap.
Penasaran dengan fakta-fakta menarik dari tradisi masyarakat Minangkabau ini? Simak selengkapnya di bawah ini ya!
Daya Tarik Tradisi Turun Mandi, Apa Saja?
Tradisi ini tentu tidak terlepas dari sejarah suku Minangkabau yang begitu lekat. Di mana pelaksanaannya masih terus dilestarikan dengan perbedaan hanya terletak dari tempat pelaksanaan tradisi itu sendiri.
Sebelum pelaksanaan upacara Turun Mandi, pihak keluarga harus mempersiapkan batiah bareh badulang, yaitu beras goreng. Nantinya beras yang telah digoreng ini diberikan untuk anak-anak sekitar yang ikut menghadiri acara.
Selain itu, anggota keluarga juga harus mempersiapkan Sigi Kain Baruak, yakni obor dari bahan kain yang telah koyak. Obor ini nantinya dibakar dari dalam rumah lalu dibawa menuju sungai sebagai tempat akan diselenggarakannya acara.
Di samping itu, masih ada beberapa persediaan lainnya dari pihak keluarga, misalnya tampang karambia tumbuah yang siap ditanam. Saat pelaksanaan upacara, nantinya bibit kelapa dihanyutkan dan sang ibu harus menangkapnya ketika bibit mendekati bayi.
Bibit kelapa tadi dibawa pulang kembali untuk ditanam sekaligus sebagai lambang untuk bekal hidup dari sang bayi. Selanjutnya ada tangguak, yakni alat menangkap ikan, yang juga sebagai lambang untuk bekal ekonomi sang anak kelak.
Fungsi dari tangguak pada proses Turun Mandi adalah untuk dijadikan tempat meletakkan 7 buah batu dari sungai. Kemudian batu ini dibawa pulang lalu dimasukkan ke liang tempat penanaman bibit kelapa.
Selanjutnya ada juga palo nasi, yakni nasi yang terdapat pada bagian atas, untuk mengusir makhluk halus dan setan yang ikut serta memeriahkan upacara. Kemudian nasi ini diolesi arang dan juga darah ayam, sebanyak 3 cawan.
Adapun 2 diantaranya diletakkan di jalan menuju sungai dengan jarak yang telah disesuaikan. Sementara satunya lagi akan diangkut menuju sungai tempat berlangsungnya upacara.
Sesudah semua rangkaian dilaksanakan, bayi dan juga ibunya diarak kembali ke perjalanan pulang dan semua orang yang telah mengikuti acara akan dijamu langsung di rumah orang tua bayi.
Tata Cara Tradisi Turun Mandi
Untuk melaksanakan tradisi Minangkabau ini, ada beberapa rangkaian acara yang harus dilakukan dengan tahapan yang benar. Berikut ini tahapan demi tahapan yang dimaksud:
- Mencampur Palo Nasi dengan darah ayam dan arang, lalu meletakkan dua bejana ke dalam wadah yang telah disediakan, sedangkan yang satunya lagi dibawa ke pemandian.
- Tradisi unik di Padang ini bisa dilakukan jika anak sudah berusia 40 hari, biasanya dilakukan pada beberapa daerah, hanya saja tidak semuanya. Ada juga yang melakukan tradisi ini sebelum usia anak mencapai 3 bulan.
- Jika pemandian sudah selesai, prosesi selanjutnya adalah menghanyutkan bibit kelapa dari hulu untuk kemudian ditangkap sang ibu saat kelapa mendekati sang anak.
- Selanjutnya pengambilan batu memakai Tangguak. Bibit kelapa harus ditanam di area sekitaran rumah, kemudian batu sebanyak 7 buah menjadi penyumbat pada tanah galian bibit kelapa itu sendiri.
Jika semua acaranya sudah selesai, para tamu dan pihak keluarga serta masyarakat bisa menikmati hidangan berupa makan Bajamba dari pihak keluarga.
Apa Makna Upacara Turun Mandi?
Setiap tradisi tentu saja memiliki nilai atau makna tersendiri. Seperti dalam pelaksanaan upacara turun mandi yang biasanya berlangsung di sungai atau batang aia.
Nantinya, bayi dibawa ke sungai dari rumah oleh pihak atau orang yang ikut membantu proses persalinan, anak baru lahir selanjutnya diantar beriringan ke tempat berlangsungnya prosesi upacara.
Seluruh tahap dalam pelaksanaan ritual upacara tersebut ternyata memiliki makna tersirat, seperti:
- Dengan membawa sang anak keluar rumah bisa memperkenalkan anak ke lingkungan sekitar. Oleh karenanya pihak keluarga memiliki harapan saat tumbuh besar nanti, sang anak dapat mengenal lingkungan, bisa hidup berdampingan dengan alam dan menikmati berbagai atraksi alam.
- Pemanfaatan Tangguak atau jaring ikan ketika mandi artinya sang bayi kelak tumbuh menjadi anak sukses di berbagai aspek.
- Ada nilai dan makna yang terdapat pada suluah atau penyalaan obor menggunakan tangkau pisau menghadap tepian mandi, karenanya saat bayi besar kelak bisa menjadi petunjuk untuk agama, bangsa dan masyarakatnya.
- Arti yang terkandung ketika membawa kelapa dengan tunas yaitu supaya si anak saat besar bisa berdiri tegak dan mandiri layaknya pohon kelapa. Selain itu, agar saat besar nanti kehidupannya tidak bergantung orang lain.
- Makna membagikan Bareh Rendang dan Bareh Babiyak ke anak-anak serta kelompok adalah bertujuan supaya anak bisa tumbuh sebagai pribadi yang gemar menolong dan membantu sesama.
Rangkaian acara dalam pelaksanaan tradisi masyarakat Padang ini masih terus dijaga kelestariannya oleh masyarakat setempat, hingga menjadi warisan budaya yang patut dibanggakan.
Budaya dan tradisi yang masih begitu lekat inilah yang daya tarik tersendiri bagi para pelancong untuk pergi ke Padang.
Untuk melihat keseruan dan kesakralan upacara ini, Anda bisa merencanakan liburan ke Padang bersama Package Padang. Tak perlu risau terkait akomodasi dan destinasi wisata yang recommended untuk dikunjungi, karena Package Padang akan membantu Anda.
Selama perjalanan ini, Anda juga bisa sewa mobil Padang untuk mendapatkan transportasi yang nyaman dan aman. Pengalaman wisata pun menjadi lebih berkesan tanpa kendala terkait armada transportasi.